Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Eklampsia termasuk dari tiga besar penyebab kematian ibu di Indonesia. Menurut laporan KIA Provinsi tahun 2011, Penyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi Perdarahan (32%), disusul hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%) dan abortus (1%)
Klasifikasi Eklamsia
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum), eklampsia partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati kelahiran. Pada kasus yang jarang, eklampsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Sektar 75% kejang eklampsia terjadi sebelum melahirkan, 50% saat 48 jam pertama setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat timbul setelah 6 minggu postpartum.
Klasifikasi Eklamsia
Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum (antepartum), eklampsia partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperale (postpartum), berdasarkan saat timbulnya serangan. Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat mendekati kelahiran. Pada kasus yang jarang, eklampsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Sektar 75% kejang eklampsia terjadi sebelum melahirkan, 50% saat 48 jam pertama setelah melahirkan, tetapi kejang juga dapat timbul setelah 6 minggu postpartum.
Gejala Klinis Eklamsia
· Fase Tonik : pasien mulai mengalami penurunan kesadaran
· Fase Klonik : fase kejang
· Fase Pascakejang : pasien biasanya mulai kembali tersadar setelah 10-20 menit pasca kejang biasanya di sertai dengan nyeri kepala
Diagnosis dan Gambarakan Klinis Eklamsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Preeklampsia dibagi menjdai ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila ada satu atau lebih tanda dibawah ini
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada pemetiksaan kualitatif
3. Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru atau sianosis.
Faktor Resiko Preklamsia
· Usia wanita hamil berada pada usia 40 tahun atau lebih pada primipara maupun multipara berisiko preeklampsia dan eklampsia hampir dua kali lipat
· Riwayat preeklamsia sebelumnya terutama jika terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu
· Riwayat kondisi medis seperti : hipertensi kronis , penyakit ginjal maupun diabetes mellitus
· Kehamilan multiple
· Interval kehamikan > 5 tahun
· Obesitas
· Riwayat preeklamsi pada keluarga
Tatalaksana
1. Stabilisasi tekanan darah
2. Pencegahan kejang dengan memberikan Magnesium Sulfate, adapun syarat dapat di berikan nya Magnesium Sulfate harus terdapat antidotum , reflex patella (+) kuat , pernafasan > 16x/I atau tidak ada tanda tanda distress pernafasan , produksi urin harus lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya
Komplikasi Terhadap Ibu :
1. Perdarahan
2. Kematian
3. Syndrome Hellp
Kompilasi terhadap Bayi :
1. Sindrom aspirasi meconium
2. Persalinan premature
3. Kematian bayi dalam kandungan
Pencegahan
Melakukan skrining kesehatan yang dapat di lakukan di faskes tingkat satu . adapun skrining yang dapat di lakukan di faskes berdasarkan anamnesis , pemeriksaan fisik dan factor resiko yang mungkin muncul pada ibu hamil .jika ada nya factor resiko dua atau satu dengan kriteria yang kuat maka di nyakan positif.
Sedangkan untuk hasil pemeriksaan fisik mempunyai tiga kriteria positif yaitu :
· BMI > 30 Kg/m2
· MAP > 90 mmHg terutama pada trimester kedua
· ROT , peningkatan tekanan darah > 15 mmHg antara terlentang dan tidur miring kiri
Selain melakukan screening juga dapat juga menurunkan resiko pada calon ibu dan ibu hamil untuk menurunkan risiko terjadinya eklamsia, yaitu:
· Menjaga berat badan ideal sebelum dan selama kehamilan
· Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
· Mengonsumsi suplemen tambahan sesuai saran dokter
· Rutin olahraga
· Mengurangi mengkonsumsi makanan tinggi garam
· Menjaga kadar gula darah normal bagi penderita diabetes melitus
REFERENSI
Ajeng Dwi Imelda. 2017. Penanganan Awal Kejadian Preeklamsia Berat dan Eklamsia di Salah Satu Rumah Sakit Provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan Program Studi Keperawatan Poltekkes Tanjung Karang.
Townsend, R., O'Brien, P. & Khalil, A. 2016. Current Best Practice in The Management of Hypertensive Disorders in Pregnancy. Integr Blood Press Control, 9.
National Institute of Health. 2019. Medline Plus. Eclampsia.